Pak tani VS politikus
kancil
Semua orang pasti tau cerita si kancil, dengan kata-kata
manisnya kancil dapat menipu hewan lainnya yang ada di sekelilingnya.
Kecerdikannya sudah di akui banyak orang namun di balik kecerdikan itu kancil
mempunyai kelicikan yang tertata rapi. Begitu pula di tanah air kita ini, semua
rakyat tahu bahwa kalangan elit politikus itu mempunyai kecerdikan yang luar
biasa.
Kembali menilik cerita
si kancil, ketika si kancil sering mencuri timun pak tani, pak tanipun mulai
kesal, marah, benci, bahkan sampai ingin menangkapnya. Dan pada akhirnya
tertangkap juga oleh pak tani , namun karna si kancil sangat cerdik dan licik
dia mampu keluar dari hukuman pak tani dengan membohongi anjing dengan mulut
manisnya.
Tak ubahnya dengan para elit di negeri ini, ketika pak
tani tahu hasil panennya di makan para elit dengan diam-diam, pak tani mulai
kesal dengan kelakuan itu. Hampir setiap hari pak tani mencemoh, meledek, bahkan
sampai mengadukan ke jalur hukum. Namun karna kecerdasan yang negatif mereka
bisa bebas dari tuduhan-tuduhan pak tani itu, dan pak tani yang hanya punya
cangkul dan alat bertani lainnya tak mampu berbuat apa namun rasa geram, marah
masih melekat pada jiwa pak tani.
Ketika rakyat negeri ini berbuat anarkis yang seakan-akan
tak bermoral, jangan salahkan mereka, mereka tak salah. Dan bukan pula rakyat
ini tak mau diajak untuk merubah kelakuannya, namun Mereka sudah lelah
mendengar senandung angin yang di lontarkan para kaum elit itu. Jangan anggap
rakyat dewasa ini sebagai sesuatu yang remeh, mereka juga banyak membantu dalam
kemerdekkan negeri ini bahkan merekalah yang sangat merindu-rindukan
kemerdekaan. Dalam sejarah kemerdekaan negerikita, senjata yang digunakan untuk
melawan belanda bukannya bambu runcing dan begitu pula terjadinya pemberontakan
di ponoegoro mereka adalah rakyat biasa.
Sangat tidak etis jika ada yang mengatakan rakyat biasa
itu tidak ada artinya, bukankah mereka ikut andil dalam kemerdekaan. bukan
karna keluguannya mereka yang hanya mau di perintah, melainkan mereka merindukan
dari kemerdekaan itu suatu ketenangan, kesejahteraan dan kehidupan yang lebih
baik. Mereka membela tanah air ini sampai merelakan darahnya yang mengalir pada
tubuh mereka hingga menetes ke bumi bukan karna upah yang besar, melainkan
merindukan sebuah janji kesejateraan baginya.
Ketika negeri ini merdeka, mereka menuggu janji- janji
itu dengan sabar hingga pada saat ini mereka belum menemukan titik terang atas
jawaban yang di nanti-nantinya. Hingga kemerdekaan ini sudah berumur setengah
orang belum ada jawaban yang pasti mereka, bahkan yang ada hanya semilir angin
kepalsuan yang setiap waktu berhembus, namun hembusan angin itu tak pernah mampu
mebawa terbang kapas sekalipun yang paling ringan. Sungguh kekecewaan yang
sangat besar bagi mereka. Hukum di Negara ini tak bertaring lagi, tak bertaring
bukan karena masih bayi dan bukan pula karna udah tua (ompong) tapi, karna
ketidak mauannya untu punya taring.
0 komentar: