khozinurrohman
ianatul fajriyah
nurul badriyah
A.
Pendahuluan:
Kompas adalah alat penunjuk arah
yang bekerja berdasarkan gaya medan magnet. Pada kompas selalu terdapat
sebuah magnet sebagai komponen utamanya. Magnet tersebut biasanya berbentuk
sebuah jarum penunjuk. Saat magnet penunjuk tersebut berada dalam keadaan
bebas, maka akan mengarah ke utara-selatan magnet bumi. Inilah yang
dijadikan dasar dalam pembuatan kompas dan alat navigasi berbasis medan
magnet yang lain.
Umumnya kompas terdiri dari tiga komponen kompas, yaitu
badan kompas, jarum magnet, dan skala arah mata angin. Badan kompas berfungsi
sebagai pembungkus dan pelindung komponen utama kompas. Jarum magnet dipasang
sedemikian rupa agar bisa berputar bebas secara horizontal. Skala penunjuk
umumnya berupa lingkaran 360° dan arah mata angin.
Dalam pembahasan kali ini kita akan
memahami mengenai fungsi, penggunaan, sejarah perkembangan,
jenis-jenis dan cara menentukan deklinasi kompas.
B.
Rumusan Masalah:
1.
Fungsi dan penggunaan kompas magnetik.
2.
Sejarah perkembangan kompas.
3.
Jenis-jenis kompas.
4.
Menentukan deklinasi kompas.
C.
Pembahasan:
a.
Fungsi dan Penggunaan Kompas Magnetik
Kompas merupakan
alat navigasi berupa panah penunjuk magnetis yang menyesuaikan dirinya dengan
medan magnet bumi untuk menunjukkan arah mata angin.[1]
Kompas bekerja berdasarkan medan magnet. Oleh karena itu maka jarumnya akan
selalu menunjuk arah utara-selatan magnetis.
Fungsi dan kegunaan
kompas diantaranya adalah untuk mencari arah utara magnetis dan mengukur
besarnya sudut peta.[2]
Arah mata angin
yang dapat ditentukan kompas, diantaranya adalah utara (North), barat (West),
timur (East), selatan (South), barat laut (North West), timur
laut (North East), barat daya (South West), dan juga tenggara (South
East).
Penggunaan kompas
ini perlu dijauhkan dari benda-benda logam, pisau, karabiner, jam tangan, dll
karena dapat mempengaruhi jarum kompas sehingga tidak menunjukkah arah utara
sejati bumi.
Bagian-bagian
penting kompas diantaranya adalah :[3]
1.
Dial adalah permukaan kompas dimana
tertera angka derajat dan huruf mata angin.
2.
Visir adalah lubang dengan kawat
halus untuk membidik sasaran.
3.
Kaca pembesar, digunakan untuk
melihat derajat kompas.
4.
Jarum penunjuk adalah alat yang
menunjuk utara selatan magnet, biasanya berwarna merah dan hitam.
5.
Tutup Dial dengan dua garis
bersudut 45º yang dapat diputar.
6.
Alat penyangkut adalah tempat ibu
jari untuk menopang.
Sedangkan cara
untuk menggunakan kompas adalah :[4]
1.
Letakkan kompas di atas permukaan yang datar, setelah jarum kompas tidak
bergerak maka jarum tersebut akan menunjukkan utara magnet.
2.
Bidik sasaran melalui visir, melalui celah pada kaca pembesar, setelah itu
miringkan kaca pembesar kira-kira bersudut 50º dengan kaca dial. Kaca pembesar
tersebut berfungsi membidik sasaran dan mengintai derajat kompas pada dial.
3.
Apabila visir diragukan karena kurang jelas terlihat dari kaca pembesar,
luruskan garis yang terdapat pada tutup dial ke arah visir, searah dengan
sasaran bidik agar mudah terlihat melalui kaca pembesar.
4.
Apabila sasaran bidik 40º, maka bidiklah ke arah 40º. Sebelum menuju
sasaran, tetapkan terlebih dahulu titik sasaran sepanjang jalur 40º. Carilah
sebuah benda yang menonjol atau tinggi diantara benda lain disekitarnya, sebab
rute ke 40º tidak selalu datar.
b.
Sejarah Perkembangan Kompas
Pada ranah
sejarahnya, Howard R. Turner menyatakan bahwa pada sekitar abad ke 14 M, kaum
muslimin pembuat peralatan di zaman Utsmani mulai membuat variasi dari
alat-alat yang menggabungkan jam matahari berukuran kecil dengan kompas
magnetik dan sebuah diagram atau peta yang menunjukkan arah Makkah dari
berbagai kota.[5] Lanjut
daripada itu, alat ini pun kemudian berkembang menjadi penunjuk kiblat ukuran
saku yang menunjukkan penggunanya untuk menentukan arah Makkah di suatu area
yang luas.
Pada awal
perkembangannya, kompas mempunyai pembagian arah mata angin sebanyak 32 buah
dengan garis pembagian 0º sampai 360º. Pembagian ini dinamakan compass rose,
dimana pada tanda arah-arahnya memiliki nama-nama tersendiri. Replika kompas
ini dibuat oleh Jorge de Aguiar pada
tahun 1492 M. Kini, seiring berjalannya waktu, kompas hanya menggunakan 8 tanda
arah seperti yang telah dijelaskan pada halaman sebelumnya.
c.
Jenis-jenis kompas
Jenis-jenis kompas
yang beredar di masyarakat sangatlah beragam. Ada kompas yang digunakan
navigasi darat, yaitu kompas bidik dan kompas orienteering. Kompas bidik,
misalnya prisma, dapat dengan mudah digunakan untuk membidik, akan tetapi dalam
pembacaan di peta perlu dilengkapi dengan busur derajat dan penggaris.
Sedangkan kompas orienteering, misalnya kompas silva, kurang akurat jika
dipakai untuk membidik, akan tetapi kompas ini banyak membantu dalam pembacaan,
perhitungan di peta, untuk pergerakan dan kemudahan ploting peta.
Ada pula kompas
magnetik yang digunakan untuk keperluan memandu arah mata angin, yang mana
sistem kerja kompas ini berdasarkan kekuatan magnet bumi yang membuat jarum
magnet selalu menunjuk ke arah utara dan selatan. Kompas magnetik yang memiliki
ketelitian cukup tinggi ini diantaranya adalah jenis Suunto, Forestry
Compass DQL-1, Brunton, Marine, Silva, leica, Furuno, dan Magellan.
Kelemahan pada
kompas magnetik ini (terutama jenis militarry Compass) adalah begitu
mudah terpengaruh oleh benda-benda yang bermuatan logam, dan juga sangat
dipengaruhi oleh medan magnetik lokal dan deklinasi magnetik secara global. Berbeda
dengan jenis kompas magnetik yang beredar di khalayak ramai, ada pula kompas
yang menggunakan sistem digital seperti yang terdapat di GPS (Global
Positioning System) yang bisa kita gunakan untuk mendapatkan data utara secara
akurat.[6]
Banyak juga kompas
yang beredar di masyarakat dalam bentuk yang terdapat dalam sajadah, gantungan
kunci, atau dalam bentuk lain yang merupakan modifikasi dari alat untuk
memperkirakan arah. Kompas jenis ini sangat riskan digunakan karena jam
magnetisnya bergerak dalam waktu yang cukup lama yang menandakan arahnya kurang
akurat.[7]
d.
Menentukan Deklinasi
Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah
mata angin dengan menggunakan jarum jam yang terdapat padanya.[8]
Jarum jam kompas ini terbuat dari logam magnetis yang dipasang sedemikian rupa
sehingga bisa bergerak secara otomatis untuk menunjukkan arah utara. hanya saja
arah utara yang ditunjukkan olehnya bukan arah utara sejati (titik kutub
utara), sehingga untuk mendapatkan arah utara sejati perlu perhitungan
ulang(koreksi terhadap kompas arah yang ditunjukkan oleh jarum kompas.
Dalam praktek pengukuran arah
kiblat, kompas seringkali digunakan di lapangan. Tapi kenyataanya, kompas
kurang bisa memberikan hasil maksimal atau kurang akurat. Arah yang ditunjukkan
oleh kompas tidak selalu tepat menunjuk ke arah utara sejati (True North).
Ini dikarenakan jarum kompas selalu mengikuti arah medan magnet bumi tidak
selalu menunjukkan arah utara sebenarnya karena kompleksnya pengaruh yang ada
di permukaan bumi.
Kutub magnet utara (magnetic
north) memiliki selisih (jarak) dengan kutub utara sejati yang besaranya
berubah-ubah. Selisih itu disebut Variasi Magnet (Magnetic variation)
atau disebut juga Deklinasi Magnetis (Magnetic Declination). Nilai
variasi ini selalu berbeda di setiap waktu dan tempat. Sebagai contoh di Indonesia,
variasi magnet rata rata berkisar antara -1° sampai dengan 4.5°. Selain itu,
sering kali terjadi deviasi (kesalahan dalam membaca jarum kompas yang
disebabkan oleh pengaruh benda benda di sekitar kompas), misalnya besi, baja,
mesin atau alat-alat elektronik (HP, MP3 player, dsb). Oleh karena itu,
kompas dinilai kurang akurat bila digunakan dalam menentukan arah utara sejati.
Arah utara yang digunakan dalam penentuan arah kiblat adalah arah utara sejati
(True North) bukan arah utara magnet bumi (Magnetic North).
Adapun cara mengoreksi deklinasi
kompas sebagai berikut:
a. Siapkan kompas yang masih dalam keadaan
baik.
b. Lakukan koreksi deklinasi magnetik, bisa
dihitung dengan software atau dengan peta deklinasi magnetic,
koreksikan deklinasi magnetik dengan cara menambahkanya pada hasil perhitungan
arah kiblat.
c. Cari tempat yang benar-benar datar dan
letakkan kompas di atasnya.
d. Baca arah kompas sesuai dengan nilai
arah setelah di koreksi deklinasi magnetiknya.
Menentukan
arah utara dengan menggunakan kompas, memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:[9]
1.
Kompas
hanya membantu kita untuk mengetahui arah Kutub Utara atau Selatan magnet (magnetic
North).
2.
Terdapat
selisih (jarak) antara (magnetic North) dengan (true North) yang
besarnya berubah-ubah seperti di Indonesia variasi magnet rata-rata berkisar
-10 sampai dengan +4.50
3.
Kompas
sangat mudah terpengaruh medan magnet dan medan listrik lingkungan terdekat
sekitar seperti besi, baja, HP, MP3 dan sejenisnya.
e.
Penentuan Arah Kiblat dengan Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah mata angin oleh jarum jam yang ada
padanya.[10]
Jarum kompas terbuat dari logam magnetis yang dipasang sedemikian rupa sehingga
dengan mudah bergerak menunjukkan arah utara magnetis. Karena kompas berarah
pada utara magnetis, maka perlu dilakukan koresi deklinasi kompas terhadap arah
jarum kompas sehingga mendapatkan arah utara sejati (true north). Deklinasi
kompas dapat berubah sewaktu-waktu tergantung pada posisi tempat dan waktu,
maka dari itu dalam penggunaannya harus sangat hati-hati dan teliti karena
jarum kompas yang kecil ini sangat peka terhadap daya magnet. Untuk mendapatkan
informasi data tentang deklinasi kompas dapat menghubungi BMG (Badan
Meteorologi & Geofisika).[11]
Pengukuran Arah
Kiblat dengan Kompas:
Jika kita telah
mendapatkan nilai arah kiblat yang kita inginkan (misal 24º 42’ 46.34” untuk
daerah Yogyakarta), maka pengukurannya adalah sebagai berikut :[12]
1.
Pilih tempat yang datar dan rata.
2.
Menentukan titik arah utara dan titik arah selatan sejati, kemudian arah
tersebut diberi tanda titik. Dalam menentukan titik utara ini kita harus
memperhatikan variasi magnet. Untuk wilayah Indonesia dari barat hingga timur
sebesar -1 Sol +5º. Misalnya untuk Yogyakarta sebesar +0º 45’ yang artinya
titik utara sejati berada di sebelah timur utara magnet (kompas) sebesar 0º
45’.
3.
Kedua titik tersebut dihubungkan dengan tali atau benang, sehingga
terbuatlah garis lurus yang menunjukkan titik arah utara da titik arah selatan.
4.
Pada garis atau benang ini dibuat sebuah titik (misalnya titik P).
5.
Dari titik P ini ditarik garis lurus ke arah titik barat, kemudian diberi
tanda, misalnya titik B, sehingga menghasilkan garis lurus PB.
6.
Pada garis PB ini diukur dari titik
P sepanjang satu meter (misalnya), kemudian diberi titik C.
7.
Dari titik C dibuat garis yang tegak lurus dengan garis PB ke arah utara.
8.
Pada garis yang ditarik dari titik C tersebut diukur sepanjang tangen arah
kiblatnya (misalnya untuk Yogyakarta 24º 42’ 46.34” = 0.46 meter), kemudian
diberi titik K.
9.
Antara titik K dengan titik P dibuat garis lurus sehingga terjadi garis PK.
Garis lurus PK inilah yang menunjukkan arah kiblat untuk Yogyakarta.
D.
Kesimpulan
0 komentar: